aku genggam erat bendera putih di tanganku. jemariku menekan terlalu kuat, hingga melukai telapakku. seharusnya sudah sejak lama bendera ini kukibarkan. sejak kakak kelasku mengirimkan fotomu yang pulang bersama dengan kekasihmu. sebelumnya memang selalu ada dalih yang keluar dari mulutku saat orang-orang mengatakan hatimu sudah terikat. aku bilang, "ah kata siapa?" "memang ada buktinya?" "dia saja tidak pernah memposting kekasihnya di sosial media." dan banyak lagi. lalu, jika foto itu belum cukup kuat 'tuk mematahkan semua pikiran baikku maka seharusnya postingan ceritamu kala itu menjadi akhir dari pengharapanku. aku masih ingat betul. pertama kalinya aku melihatmu mempostingnya. mengenakan seragam petugas upacara, dengan latar lagu tergila-gila karya tulus. sakit, memang itu yang kurasa kala itu. tapi setelah itu apa? ah tidak ada apa-apa. nyatanya aku masih enggan mengusir rasa itu. biar saja tetap di sana, sampai kamu lulus, jadi kamu cukup jadi penyamangatku tanpa kamu sadari.
ah tapi sial sekali. sudah satu bulan kamu lulus, aku pikir sudah biasa saja. tapi tidak, masih teringat jelas saat kamu menghadiri acara buka bersama di sekolah. waktu itu, aku pikir hanya diadakan untuk angkatanku dan dua diatasku tapi tidak. datang rumor yang mengatakan kalau angkatanmu akan ikut bergabung. saat itulah aku sadar, rasa itu tidak mati, hanya redup sejenak. sebab setelah ku dengar kabarnya, rasanya hormon bahagia mengalir melalui darah ke seluruh tubuhku. mataku lekas berbinar seperti tokoh kartun yang menemukan harta karun. aku ingat, bagaimana hatiku terasa hangat hanya dengan membayangkan hadirmu. lalu bibirku tak henti-hentinya tersenyum saat netra ini menangkap sosokmu dalam pandangku. fadhilah, aku rasanya sudah terikat oleh tali pesonamu yang tak terlihat.
dan kini. aku masih berdiri tanpa alasan. merenung seolah-olah kita memiliki kejelasan. lantas kapan, aku bisa menjadi cukup berani untuk mengangkat tangan dan mengibarkan bendera putih ini? atau mungkin tidak. bukan, bukan karena aku tak cukup berani tapi karena aku memang tak minat hati. kupikir, biar saja aku terus merindukanmu. sampai nanti jarak dan waktu mengikis habis perasaanku untukmu.